Tentang Mimpi Semalam

Bersama malam yang sunyi, kekosongan, serta kehampaan, telah kutemukan mimpi-mimpi baru.

Bersama malam dan ketakutan, berbisik keberanian dan kekuatan.. Disini aku tak seorang sendiri.

Bersama malam dengan penuh senyuman, kutemukan orang yang (mungkin) aku sayang dalam mimpi baruku. Dia memelukku, membuatku tersenyum, dan menggandeng tanganku. Aku dan dia merangkai cerita baru dalam sebuah perjalanan.

Kita berjalan dengan cinta dan berbagi dalam sukacita…

Senyumanmu menciptakan kedamaian dalam gelap malam. memberikan kebahagian tersendiri dalam hidupku.

Senyumanmu menyelimutiku dan mengusikku.

Dalam keheningan kita berbagi cerita bahagia, cerita pilu, kita pun menari bersama….

meluaplah bersama malam.

Malam pun semakin larut, akhirnya kembali menyisakan kesepian.

Seandainya pelukan itu nyata, aku akan menutup ceritaku disini.

ini malam yang panjang, senang melihatmu.

Aku harus bangun dan bekerja

Mencari atau Menunggu Cinta?

Diantara kalian pasti sudah menonton sebuah film yang berjudul ” Letters To Juliet” ?. Film ini memang sudah (agak) lama, dirilis sekitar mei 2010. Tapi saya baru menonton film ini beberapa hari yang lalu. Saya tidak akan mereview atau membuat sinopsis dari film ini. Ada hal yang menurut saya cukup menarik dalam film ini. Inti cerita dari film ini tentang pencarian cinta sejati.

Dalam film ini dikisahkan, ada seorang nenek yang bernama Claire, ingin mencari Lorenzo, cinta sejatinya yang ia tinggalkan 50 tahun yang lalu. Diakhir cerita, Claire berhasil menemukan Lorenzo dan akhirnya menikah. Tak ada kata terlambat untuk cinta sejati.

Tapi apakah serealistis itukah hidup kita? Harus terpisah 50 tahun dahulu, baru akhirnya bersatu. Menurut saya tidak, karena kita tidak mungkin selamanya akan terus mencari karena pada akhirnya akan sampai pada satu titik dimana kita harus berhenti. Berhenti karena berhasil menemukan atau berhenti karena pencarian yang tak kunjung menemukan hasil. Jika berhasil menemukan dan dalam waktu yang singkat pasti akan berujung kebahagiaan. Bagaimana jika pencarian kita tak kunjung menemukan hasil? Pasrahkan, karena kita sudah lelah mencari, kini saatnya kita yang menunggu. Ya, menunggu cinta…

Mendengar kata menunggu yang terbesit pertama kali pasti kata bosan. Menunggu memang membosankan. Tapi jika hati bersabar akan hadirnya cinta itu, maka cinta itu akan semakin tumbuh sebelum akhirnya ia datang menyapa.

Menunggu membuat kita menjadi merindu dan belajar akan bagaimana merindukan seseorang untuk hadir dalam hidup kita. Kita akan terus menanti dan menanti tanpa harus memaksa hati. Kalau kita ingin memaksa hati untuk mendapatkan cinta, siapkan hati kita untuk siap sakit hati.

Dengan menunggu akan membuat kita belajar untuk berpikir. Berpikir jikalau kita telah disapa oleh cinta itu, apakah cinta itu sudah pantas untuk kita miliki seutuhnya? Sedikit kita salah dalam mengartikannya, bersiaplah untuk kecewa.

Menunggu membuat kita menghargai cinta. Menghargai segala kepentingan.

Menunggu pun membuat kita untuk belajar memohon. jika kita sudah menemukannya, sudah saatnya untuk memohon dan berdoa akan keselamatan dari dari cinta yang telah menyapa kita. Sehingga kita bisa memaknai dan menikmati cinta itu dengan ketulusan hati.

Merantau Bukan Berarti (akan) Kehilangan Keluarga

Indahnya masa-masa saat berada di perantauan, saat saya bertemu dengan kawan-kawan yang selayaknya saudara. Ternyata banyak kawan-kawan seperti saya yang harus meninggalkan keluarga untuk merantau, baik teman kampus maupun teman seperjuangan lainnya. Dari merantau banyak orang-orang yang saya temui, banyak mimpi-mimpi yang bisa saya lihat, dan pastinya cerita-cerita di tanah rantau. Sampai sekarang masih saya rasakan manisnya kebersamaan saat berjuang di tanah rantau. Dan semua itu akan saya rasakan kembali.

Ada sedikit motivasi buat saya dan teman-teman yang sedang merantau, akan merantau (lagi), atau mungkin saja suatu saat nanti akan merantau. Motivasi ini saya dapatkan dari novel Negeri 5 Menara (Maret nanti filmnya akan tayang), kata-kata bijak dari Iman Syafii. Saya suka untaian kata-katanya, bukan hanya bijak tapi buat yang pernah merantau pasti telah membuktikannya.

“Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman…

tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang

merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan

berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.

Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan
jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, ‘kan keruh menggenang

Singa jika tak tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa
anak panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena sasaran

Jika matahari diorbitnya tidak bergerak dan terus diam
tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang

Bijih emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang
kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan”

Dari kata-kata bijak karya Imam Syafii diatas, merantau tidak akan membuat kita kehilangan keluarga, karena kita akan mendapatkan pengganti dari kerabat dan kawan.
Mari berjuang, karena manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.

Selamat merantau kembali teman-teman…

Semangat kawan! karena ada senyum yang masih menunggu kita disana :’)

Ini untuk kamu, Ardi

Malam ketika esok hari keberangkatanmu untuk merantau…

Aku melihat wajah mungil dengan kumis (agak) tipismu ketika sedang tertidur pulas. Ingin menangis, tapi kusimpan saja tangis itu. Ingin menangis karena merasakan cinta dan kasih sayang yang tulus untuk kamu.

Selamanya aku ingin menjadi sahabatmu, tempat kamu berbagi cerita mengenai mimpi, cita-cita, dan cintamu. Selamanya aku ingin menjadi saudara perempuanmu, dimana kamu bisa menjadikanku sebagai panutan terbaikmu. Tak ingin ada yang menyakitimu. Tak ingin ada yang membuatmu sedih karena kamu pantas mendapatkan kasih sayang yang tulus oleh orang disekitarmu.

Aku selalu mempercayaimu dan akan selalu mendengarkanmu ketika kamu ingin berbicara. Aku siap untuk mendengarkan suara hatimu baik ketika kamu bahagia maupun terjatuh. Aku akan disini, kalau kamu membutuhkan sebuah pelukan untuk menangis. Aku akan selalu disini, kalau kamu membutuhkan tangan untuk membantumu berdiri tegak ketika kamu terjatuh.

Kamu (pasti) tidak tau….

Selama hidupku aku takkan pernah melupakan wajahmu ketika menangis, candaan-candaan serta lelucon pintarmu, gambar-gambar buatanmu, dan saat kamu memetik gitar sambil mendendangkan lagu kesukaanmu bersamaku. Kamu kesal denganku karena aku tak pernah bisa mengikuti nada di setiap petikan gitarmu. Perlahan, kamu mengulangi dan mengajariku. Aku tak akan lupa dengan mimik serius bercampur kekesalan ketika kamu bercerita perihal pertengkaranmu dengan teman dekatmu. Selama hidupku aku takkan pernah melupakan waktu-waktu menyenangkan yang kita habiskan bersama.

Kamu tidak tau…. Aku sangat bangga denganmu, kamu cerdas, kamu kreatif, dan pastinya kamu anak baik.

Kamu tidak tau…

Aku ingin melihatmu tumbuh dewasa dengan orang-orang yang tulus menyayangimu, setia menjaga dan melindungimu. Dan aku ingin ada untuk melihatmu tumbuh dalam kesuksesan dan kebahagiaan serta berhasil menjadi lelaki dewasa yang penuh tanggung jawab.

Kamu (pasti) tidak tau….

Selain berdoa untuk orangtua dan diriku sendiri, aku menyelipkan beberapa doa untuk kamu.

Semoga yang Maha Kuasa selalu membimbingmu ke jalan yang benar…
Semoga Dia memperlihatkan (sedikit) Kuasanya, sehingga kamu pandai bersyukur…
Semoga Dia mengajarimu untuk selalu meminta pertolongan hanya kepada-Nya
Semoga Dia membimbingmu untuk bisa berdoa dengan sungguh-sungguh dan membawa kamu ke hari-hari keberkahan dan kebarokahan.
Dan semoga Sang Pencinta akan membawamu ke surga-Nya, nanti saat hari yang telah ditentukanNya.

-your sister-

Surat sederhana untuk bapak

Assalamu’alaikum…Selamat pagi dunia. Selamat pagi bapakku.

Saat aku mengetik surat sederhana ini, bapak pasti lagi di ruang TV dengan kebiasaan rutin bapak. Aku sudah buatkan secangkir kopi hangat yang kuletakkan di ruang tengah untuk bapak. Seperti biasa dengan menyeruput kopi hangat bersama rokok sungguh bapak terlihat benar-benar menikmati setiap pagi pemberian Tuhan ini. Bapak, sudah berkali-kali ya bahkan sering aku dan kakak mengingatkan bapak untuk mengurangi rokok, tapi bapak emang bandel alasan sudah kebiasaan. Ya kebiasaan yang mendarah daging. Padahal bapak tau sendiri kan bahaya dari rokok itu seperti apa.

Bapak ingat?

Dulu bapak berusaha untuk berhenti dari ketergantungan akan rokok. Kalau bapak pengen merokok, bapak mengantisipasinya dengan ngemut permen. Bahkan bapak sampai puasa senin-kamis buat mengurangi rokok. Keliatannya bapak nggak tahan ya? Pantes sekarang udah nggak lagi. Ah bapak, ayo dong berhenti, bapak udah semakin tua. Harusnya lebih memikirkan kesehatan bapak. Kita semua sayang bapak.

Bapak ingat?

Empat tahun yang lalu saat aku gagal di SNMPTN, bapak salah satu orang yang membangkitkan semangatku, membangunkanku dari mimpi buruk itu. Aku ingat pak, saat itu aku benar-benar merasa berada di titik nol hidupku. Aku menangis dan mengurung diri di kamar. Bapak bilang “ Mengapa kita tidak memilih tersenyum, sementara tangis nggak akan merubah nasib”. Satu kalimat itu menyadariku kalau aku harus bangkit, tangisan tidak akan merubah nasibku.Tapi, maaf pak aku nggak bisa jadi dokter seperti kakak, seperti harapan bapak waktu SNMPTN dulu.

Bapak, sekarang aku udah bergelar. Maaf sampai sekarang aku belum bisa menghasilkan apa-apa. Maaf belum bisa memberikan sesuatu untuk bapak. Kuliahku mengharuskan untuk melanjutkan setahun lagi untuk bisa menyempurnakan ilmuku.

Bapak apakah sekarang aku sudah (sedikit) membanggakanmu? Seperti aku yang sangat bangga dengan sosokmu.

Bapak sebentar lagi aku berangkat merantau (lagi). Aku nggak dirumah selama kurang lebih setahun. Bapak pasti berat ya melepasku, karena kali ini aku nggak merantau bareng kakak lagi. Tapi, aku bersyukur ada sedikit bekal hidup mandiri dari bapak. Aku pasti sangat merindukan rumah. Rindu melihat bapak dengan secangkir kopi dan rokoknya. Rindu membuatkan secangkir kopi buat bapak. Rindu dimarahin bapak kalau ngatret mobil ke garasi, rindu ketika bapak menggedor kamarku setiap subuh. Rindu mengajari bapak bermain facebook. Rindu tengah malam nonton stand up comedy bareng bapak. Rindu melihat bapak yang (mencoba) ber- stand up comedy padahal jayus hahaha. dan rindu mendengar suara bapak ketika mengaji di kamar.

Bapak aku titip doa-doa di setiap sholatmu. Doakan aku sukses. Aku pergi jauh membawa tanggung jawab. Hanya doa dari bapak dan mamak lah yang akan mempermudah jalanku. Aku berjanji akan menjadi putri yang (InsyaAllah) menjadi kebanggaan bapak. Bapak jagain mamak ya, jangan sering pulang larut malam kalau main catur dengan tetangga. Semoga Allah memberikan kesehatan dan umur panjang, supaya nanti bapak bisa menikahkanku dengan lelaki impianku. Semoga Allah memurahkan rezeki buat bapak, supaya bisa membiayai kuliahku dan adik. Semoga bapak dan mamak selalu dalam lindungan-Nya.

Anak perempuanmu,
Kalshovia Meida Iswari.

Kamu (hampir) membunuhku, kesepian

Pernah merasa kesepian, sampai kamu benar-benar merasa hidup hanya seorang diri? Aku pernah, bahkan sering. Aku kesepian tapi bukan berarti aku seorang diri. Terkadang merasa sendiri di tengah ramainya kerumunan manusia. Aku terdiam menatap jendela kamar, mengintip langit mendung dengan angin yang mengamuk-mengamuk seperti hati yang berontak karena bosan.

Bosan itu manusiawi….

Kamu itu layaknya sang pembunuh. Perlahan-lahan akan membunuhku ataupun kamu, kamu, dan kamu. Tapi aku memilih tidak terbunuh karena kamu. Aku lebih memilih dan memilah warna ketika jengah. Mencoba mengakrabimu, tapi tidak menganggapmu sebagai teman sejati.

Aku sedih, tapi bukan berarti aku tersisih. Aku sepi, tapi bukan berarti tidak ada yang menemani. Aku sepi karena tidak dimengerti. Aku kesepian karena tidak didengarkan. Aku merasakan kedinginan, takut akan gelapnya malam.

Apakah kita perlu merasakan kesepian, untuk bisa menikmati keramaian?

Pernahkah kamu merasa tidak pernah merasa sepi?

Ini hanya berasal dari hati, suara hati yang terdalam.

SIM (Mengemudi) = SIM (Menikah) ?

Seminggu yang lalu saya baru sadar kalau SIM (Surat Izin Mengemudi) C saya ternyata sudah tidak berlaku alias mati sejak 1 oktober 2010 yang lalu. Bisa dibayangin nggak, jadi kurang lebih sejak 2 tahun yang lalu saya berkelana dengan karisma kesayangan dengan keadaan SIM mati. Sungguh beruntung saya selama 2 tahun itu nggak pernah kena tilang atau razia.

Kebetulan saya lagi berlibur di kampung halaman, saya sempatkan untuk mengurusnya. Karena sudah tidak berlaku sejak 2 tahun yang lalu, maka dalam hal ini SIM saya nggak bisa diperpanjang. Mau nggak mau harus buat baru. Yah, nggak apa-apa deh ngurusnya kan nggak ribet, pikir saya. Dan ternyata itu semua SALAH BESAR!!!!

Hari pertama… (Jumat, 3 Oktober 2012)

Pergilah saya dan bapak ke kantor SAMSAT. Bapak juga kebetulan mau perpanjang SIM A. Kami pergi sekitar jam 8 pagi dengan harapan dapat antrian foto cepat. Setelah registrasi dan melengkapi berkas-berkas, menunggu lah kami di ruang tunggu untuk dipanggil foto. Hampir 2 jam kami menunggu tapi belum dipanggil jua. Sampai akhirnya kami bertemu tetangga, yang menurut saya lebih lama datangnya dari kami. Dipanggilah namanya, Lalu bla bla… Hmmm kok bisa, dalam benak saya. Saya udah menduga pasti punya orang dalam. Ya, emang benar dan dia mengakui. Saya dan bapak emang udah mengira, andai aja punya kenalan pasti prosesnya bakal lebih cepat.

Waktu menunjukkan pukul 10.30 (pelayanan pembuatan SIM tutup jam 11.00), dan saya sangat bersyukur bisa dipanggi foto saat itu. Setelah foto SIM dan pengecekan data-data, petugas mengembalikan berkas-berkas registrasi tadi. Padahal tadi kebanyakan orang-orang tidak membawa berkas-berkas keluar dari ruang foto SIM. Petugas menyuruh saya untuk membawa berkas tersebut ke ruang 3, RUANG UJIAN TEORI!!! APAAAAA….Seribet itu membuat SIM (baru) sampai harus ada ujian teori dan praktek. Lima tahun yang lalu bikin SIM C, prosesnya gampang aja, antri foto terus jadi deh. Nggak hanya 5 tahun yang lalu, tahun 2009 kemarin waktu buat SIM A ya sama foto terus tunggu sebentar SIM dicetak.

Apa-apaan ini, komat kamit deh ini mulut ngedumel. Bapak juga demikian kesel. Disaat lagi dikejar waktu untuk sholat jumat, masih dipersulit dengan hal seperti ini. Saya sih nggak masalah untuk mengikuti prosedur yang ada, tapi kecewa aja disaat saya diharuskan taat dengan prosedur yang berlaku, orang-orang yang punya kenalan (orang dalam) hanya dengan tambahan sedikit biaya untuk uang “sogokan” bisa dengan mudahnya mendapatkan SIM tanpa harus lama menunggu foto SIM, tanpa ujian teori maupun praktek. Hmmmm…

Masuklah saya ke ruang ujian teori. “Maaf mbak, sedang mati listrik jadinya ujian teori nya nggak bisa hari ini”, ujar petugasnya. (Oke sabar via, sabar via). Bapak yang orangnya emang cepat emosi, langsung aja ngomong dengan petugasnya. Dan dengan wajah (sedikit) kecewa bapak memberitahu saya kalau kita disuruh datang besok jam 8 pagi sekaligus ujian praktek.

Hari kedua (Sabtu, 4 oktober 2012)

Tepat jam 8 pagi, kami tiba di SAMSAT. Saya langsung masuk ujian teori. Dengan banyak intruksi-intruksi yang cukup males saya dengar, karena terlanjur kesal. Mulailah saya dengan menjawab 30 soal (benar atau salah) dengan waktu 20 menit. Baru soal ketiga saya udah menjawab salah, “mbak jawabanya salah, ganti benar)” kata petugasnya. Ini ujian apa-apaan, oke ini sepertinya hanya formalitas. Sabar via, sabaaaar (menyemangati diri). Dan saya lulus ujian teori. “Mbak, sekarang lanjut ujian praktek ya”. Ya Allah ini apa lagi, gue harus praktekin naik motor nih. SIM gue mati, mgknya buat baru. Bukan pengendara yang baru bisa naik motor terus mau buat SIM. Diajaklah saya ke lapangan belakang untuk praktek. Wajah polisi yang mengantar ini enak diliat alias genteng (oke yang ini skip).

Selama perjalanan ke tempat praktek, terjadilah (sedikit) percakapan antara saya (S) dan polisi itu (P)
P : Mbaknya masih kuliah atau udah kerja?
S: Saya udah lulus, tapi lanjut lagi mas.
P: Woww (sedikit kaget), lanjut kuliah dmn?
S: di Unair
P : Unair? Sedikit bertanya.
S : Iya mas, Unair Surabaya.
S: Mas, saya ini sebenarnya udah punya SIM, dari 5 tahun yang lalu. Saya Cuma lupa ngecek aja masa berlakunya. Eh ternyata udah mati dari setaun yang lalu.
P: Wah, lama banget ya. Emang harus buat baru itu mbak.
Sampailah di meja tempat berkas-berkas untuk ujian praktek.
P : Mbak mau ujian praktek atau nggak?
S: (Loh) kalau boleh milih ya nggak mau mas. Saya ini udah 4 tahun mengendarai motor di rantauan (Malang) yang nyatanya lebih rame dan padat dari Mataram.
P: Iya mbak, saya percaya kok tapi kita memang harus menjalani sesuai prosedur. Ujian praktek ini berkali-kali lipat lebih susah lho dari ujian teori.
S: Ayo dong mas, jgn ujian praktek (sedikit merayu).

Singkat cerita mas polisi itu baik sekali, dia mengizinkan untuk tidak mengikuti ujian praktek dan meluluskan saya.

Keribetan masih terus berlanjut. Setelah menjalani prosedur yang ada, butuh waktu serta kesabaran untuk menunggu SIM dicetak. Menunggu, menunggu, dan menunggu hampir 1 jam.

Dibalik pengalaman saya ini, ternyata kolusi itu masih tetap ada. Kalau peraturan dan prosedur hanya sebagai formalitas, ngapain harus susah-susah dibuat. And the last menurut saya, membuat SIM (baru) sama susah dan ribetnya dengan membuat SIM (Surat Izin Menikah).

Oke post ini panjang lebar bgt dan mungkin kurang menarik. Hanya share pengalaman aja 

Day #11: Kamu yang Telah Memikat Hatiku, Malang

Ketika kemarin @poscinta mengabarkan tema hari ini adalah surat cinta untuk kota, saat itu juga aku ingin bernostalgia dengan kota Malang. Lebih tepatnya ini adalah surat rindu untukmu kota keduaku Malang. Di tubuhmu hampir semua asa dan harapanku telah tercapai.

Sekedar mengingatkanmu, pertama kali aku menginjakkan kaki di tubuhmu sekitar 4 tahun yang lalu, tepatnya tahun 2007. Aku membawa sebuah tanggung jawab besar dari kota kelahiranku Mataram untuk mengais ilmu di tanahmu. Sungguh banyak memori yang tak terlupa tentangmu. Bolehkah aku bernostalgia sedikit tentangmu? karena saat ini aku lagi merindukanmu.

Apa kabar kamu? Sejak pertama kamu sudah memikatku. Bagaimana kamu tidak memikatku, kamu kota kecil nan menyenangkan dengan orang-orang yang ramah. Apakah cuacamu masih menentramkan? Apakah kamu masih nyaman sebagai tempat belajarku? Hmmm… banyak sekali yang ingin kutanyakan. Tiga bulan meninggalkanmu membuatku ingin sekali bertemu denganmu.

Disini aku sering menceritakan kawan-kawanku tentang kamu. Aku bertutur pada mereka, kamu adalah tempat hunian yang nyaman, kota dimana kalian bisa menikmati makanan dengan harga yang terjangkau, dan tentunya kamu adalah kota yang nyaman untuk belajar. Sampai ada salah satu kawanku berucap “ Enak banget ya kamu tinggal di Malang, pasti disana adem banget” ujarnya. Memang betul udaramu teramat sejuk karena adanya tumbuhan-tumbuhan disekitarmu.

Kota bakso, itu biasa kamu disebut! Aku rindu menikmati lezatnya semangkuk bakso hangat yang disantap selagi hujan. Apa kabar bakso presiden, bakso bakar cak Man, bakso sayur (aku dan teman-temanku biasa menyebutnya bakso gila ), bakso kikil seruni dll. Satu porsi bakso cukup banyak dengan rasa yang mantap. Karena kelezatan baksomu juga kamu banyak mendapat perhatian dari selebritis dan media sehingga mereka tertarik untuk mengunjungimu.

Kota pelajar, dengan nama itu biasa kamu dijuluki! Banyaknya sekolah-sekolah dan perguruan tinggi, harga makanan yang sangat murah, serta kos-kosan yang cukup murah membuatku tidak pernah menyesal 4 tahun menuntut ilmu di tubuhmu. Aku rindu kampusku, kampus yang telah memberi tambahan nama di belakang namaku.Aku rindu kos-kosanku, tempat dimana banyak kutemukan orang-orang hebat yang menganggap aku sudah seperti keluarga sendiri. Aku rindu orang-orang baik disana, teman seperjuanganku yang menyenangkan, dosen-dosenku yang membanggakan, teman-teman kosku yang selalu riang.

Malang kota bunga, orang biasa menyebutmu!. Banyak tumbuhan-tumbuhan di daerahmu. Di pinggir jalan raya pun banyak tumbuhan yang menghiasi tubuhmu. Apa kabar jalan Ijen? Sudah lama tak melewatimu. Jalan yang menjadi pusat keindahanmu. Aku rindu jalan Ijen,rindu melihat tumbuhan di pinggir jalan itu, rindu melihat perumahan yang mirip bangunan Belanda dan Jepang. Jalan yang terjaga dengan baik sehingga setiap aku melewatinya selalu terasa nyaman dan sejuk.

Dan kini, aku harus melanjutkan studi lagi bukan di Malang tapi di Surabaya. Sejuknya udara Malang tidak akan kudapatkan di Surabaya. Empat tahun menuntut ilmu disini telah membuatku jatuh cinta denganmu.

Malang… Kamu adalah kota yang masih aku impikan untuk meneruskan hidup kelak 

Day #8: Kak, Aku Takut Gelap!

Happy monthversary kakakku sayang, selamat 1 bulan pernikahan.. Bagaimana kak setelah mengarungi biduk rumah tangga selama sebulan? Pastinya lagi bahagia-bahagianya. Senang dengar cerita tentang kehidupan baru kakak, dengan penuh senyum dan rona bahagia kakak berbagi cerita bahagianya denganku. Masih lucu aja kak, kakak yang menurut saya masih kekanak-kanakan sekarang udah jadi istri orang, hehehe.

Dua puluh dua tahun (sama seperti umurku saat ini) kita tidur bareng, sekarang bukan aku lagi yang tidur disebelah kakak. Biasanya kita selalu pergi bareng, berboncengan bareng, sekarang udah ada lelaki setia yang siap anter jemput kakak kemanapun kakak mau. Waktu masih SD dulu kita sering banget ya pakai baju kembaran, masih ada lhoo foto kita kita kembaran pakai baju winni the pooh. Eitts, bukan hanya SD aja, lebaran tahun lalu kan kita kembaran juga, dengan baju muslim merah maroon cantik itu.

Ngomong-ngomong mengenai tidur bareng, sudah 2 minggu ini aku tidur sendiri. Aku nggak tidur bareng mama lagi. Biasanya kalau tidur kita selalu tanpa lampu, karena aku akan lelap tidur kalau gelap dan kakak lama kelamaan ikut kebiasaanku. Tapi semenjak tidur sendiri, aku sama sekali nggak pernah tidur tanpa lampu kak, aku takut gelap.Kalau dulu aku nggak takut gelap, karena aku yakin ada kakak yang tidur disebelahku. Sekarang aku takut, jikalau tengah malam listrik mati, pasti kamarku akan gelap sekali. Kalau dulu tengah malam listrik mati aku selalu bertanya “kak, mati lampu ya?”, kamu jawab iya dan aku pun lega karena ternyata aku tidak buta. Ah konyol sekali bukan. Dulu, kalau tengah malam mati listrik, terus salah satu dari kita ada yang kebelet pipis, pasti kita saling membangunkan untuk menemani.

Kak, sebentar lagi aku akan balik kuliah (lagi) bukan di Malang lagi melainkan di Surabaya. Ya, Surabaya..kota yang masih asing bagiku. Dulu Malang juga merupakan kota yang Asing, tapi karena ada kakak aku nggak pernah cemas dan gelisah di rantauan. Besok gimana nasibku ya kak, bakal nge-kos sendiri, tidur sendiri, belajar sendiri semuanya sendiri. Nggak ada lagi orang yang bakal nasihatin aku agar lebih dewasa, tidak egois, dan selalu menghargai orang lain. Nggak ada lagi yang tengah malam nemenin belajar buat UAS. Nggak ada lagi orang yang paling khawatir kalau aku sakit dan bolak balik apotek buat cari obat :’(. Nggak ada lagi yang nemenin pipis kalau tengah malem mati listrik. Nggak ada lagi yang bangunin aku sholat subuh. Tapi ada manfaatnya juga kak, mulai sekarang aku akan belajar lebih mandiri tentunya belajar mandirinya dari nol.

Sekali lagi happy monthversary ya bu dokter, semoga pernikahannya menjadi langkah besar untuk mencapai kebahagiaan dunia akhirat. Semoga cepat diberi pelengkap ( moga besok pagi testpacknya positif, hehe)

Oh iya kak lupa, besok di kosku yang baru aku bakal pakai lampu yang wattnya paling gede, supaya terang benderang, pokoknya tidur harus pakai lampu supaya nggak takut gelap .

dari Adikmu, yang sebentar lagi berangkat merantau (lagi).

Day #6: Kamu adalah resolusi 2012 ini.

Halo kamu, ya kamu…Ini adalah surat pertamaku, dan ini untuk kamu. Memang ada benarnya cinta itu tersirat bukan tersurat, tapi spesial buat kamu cintaku tersirat dan juga tersurat. Kalau boleh aku membisikkan satu hal, kamu salah satu dari sekian resolusiku di tahun 2012 ini. Ah, mungkin saat ini kamu tidak bisa mendengar bisikan itu, karna setauku sekarang kamu jauh dari mataku.

Tidakkah kamu bertanya apa resolusi dan harapanku tentang kamu? Tidak mencintaimu dengan diam-diam, itu jawabnya. Melalui surat ini setidaknya aku sudah merealisisaikan resolusi itu. Tapi aku sedikit alfa, mana mungkin kamu membaca harapan dan asa ini kecuali kamu memang menyisihkan sedikit waktu untuk mencari aku.

Hei kamu, aku tidak butuh sikap malu-malumu, aku hanya butuh senyum manismu. Karena melalui senyum manismu untuk pertama kali aku percaya akan cinta pada pandangan pertama. Aku tidak butuh sikap romantismu,aku hanya butuh ketawa kecilmu. Karena melalui ketawa kecilmu untuk pertama kali aku percaya kalau berjodoh pasti Tuhan mendekatkan kita.

Setiap waktu aku sering bertanya dalam diri, bisakah Tuhan mempersingkat waktunya untuk memberi jawaban siapa jodohku? Dan aku berharap itu kamu. Kamu bisa membuatku lebih mencintai Tuhan, setidaknya Tuhan tak akan pernah menyesal pernah mempertemukan kita. Dan dalam setiap waktu pula kuselipkan namamu dalam doaku karena degupan hati ini berkata kamu calon imamku. Jikalau urusanmu telah usai, cari dan panggilah aku, sebelum terlambat dan selagi jarak belum memisahkan kita. Kamu, lelaki berinisial I, surat ini adalah tulisan rindu untuk kamu